03/08/13

senduan dikala sepi.

sunyi, benar-benar sepi.
kicau burung hantarkanku pada lamunan mengenang masa itu. ya, masa-masa bersamamu "kepingan hati"
itu dulu, disaat keraguan belum melanda, disaat ucap masih kubalas, disaat tanya masih ku jawab, disaat hati ini masih memanggil namamu.

diam, benar-benar hening.
aku disini menanti waktu untuk kembali. ya, waktu untuk bersamamu, waktu untuk melihatmu, waktu untuk merasakan sesuatu yang hilang. disaat hati ini dingin, kau menghangatkannya, disaat hati ini marah, senyum-mu meluluhkannya, disaat hati ini bimbang, kau datang tegarkanku.

seketika, khayalku lenyap, bersama dengung pemotong rumput yang libas semua yang ditempuhnya.
aku heran, disaat orang-orang tak ingin rumput itu tinggi, mengapa mereka menanamnya? hanya untuk dipotong? hanya untuk disembelih? jika mereka bisa berbicara, mungkin mereka akan berkata, "biarkan kami tumbuh, kami tidak merusak apapun, kenapa bukan manusia yang dipotong? mereka merusak apa saja."

memang itu lah takdir,
cinta, kematian, rezeki adalah rahasiaNya, tanpa seorangpun diberi kenyataan bahkan Nabi pun tidak tahu.
hanya tugas kita menjalaninya dengan baik, lakukan peran dengan sesuai, tidak membantah, tidak mengeluh.
karena inilah takdir, ya, takdir disaat kita memang menginginkan yang bukan takdir.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------
siapkan dirimu, tekadmu, mimpimu. raih sesuatu yang kau cita-kan dan jangan pedulikan hambatan. terobos dan tantang, itu sikap seorang pahlawan,
LAWAN.







Monster

Ah, malam yang panjang. Diantara kesunyiannya kami masih bercerita. Bercerita sesuatu yang tak pernah kubayangkan. banyak keadaan yang tak ku duga sebelumnya. bahwa mereka benar-benar monster. Monster yang hidup di dalam satu tubuh. tubuh seorang pria. dan siap memakan yang menghalanginya.

Mereka adalah hantu yang bersemayam di lubang kecil diantara hati dan pikiran. Kuning ini menandakan kerusakan hati mereka. dan merah itu men"jahati" perasaan mereka. Yah, mereka ini merupakan perwujudan dari ketidak senangan, ketidak puasan, ketidakyakinan, ketidakinginan, dan pemberontakan terhadap sesuatu yang mereka pikir telah rampas hidup mereka, kenangan mereka, keinginan mereka, dan hati kecil mereka. Hingga mereka harus jual kepingan terakhir dari sisa hati yang masih utuh (sisa lainnya dibuang).

Tak ada kesempatan lagi untuk memunculkan sisa "hati" itu,