18/09/14

Balari-Lari di Sawah Sayang

Jadi,, gini..
Waktu itu gue nyusurin jalan Padang-Bukittinggi.
Rencana sih mau liat balap jawi di Batusangkar
Karena kebetulan lewat Bukittinggi, gue singgah dirumah dulu deh, mau ketemu emak.
Mau cipika-cipiki dan sungkeman dulu,

Berbakti

Abis itu baru nyosor ke lokasi. 
Lumayan jauh lah, kira-kira sejam dari Bukittinggi. 
Dan ceritanyeeee gue buatin berita. Berhubung gue capek buat nulis ulang, gue kopas aja.
Bace aje dibawah nih.


BERLARI DI SAWAH SAYANG
Matahari mulai naik dari peraduannya. Panas mulai terasa di permukaan kulit yang tak tertutupi kain. Walaupun begitu, angin bukit berhembus membelai wajah. Segar sekali udaranya, tanpa polusi. Kiri-kanan terhampar sawah milik penduduk Nagari Talang Tangah, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, berwarna-warni, ada yang hijau, ada yang kuning, dan ada yang coklat.

Seharusnya matahari gak pake rambut


Beberapa sawah terlihat baru ditanam padi, masih pendek dan kecil-kecil. Lainnya, siap untuk dipanen. Tapi, sawah Si Ayang (Sayang) masih kosong, baru selesai dipanen kira-kira dua bulan lalu. Sawahnya ada beberapa petak, berjenjang-jenjang. Sawahnya kita bagi tiga, bagian atas, tengah, dan bawah. Yang paling atas, jadi tempat parkir sepeda motor. Yang ditengah, tempat “parkir” warga, pedagang, dan jawi –sebelum dipacu-. Dan yang paling bawah dan juga basah, jadi arena tempat bapacu.
Banyak yang nongkrong nih. Ati-ati kecebur!!!

            
Banyak yang jualan tuh.


Tradisi Pacu Jawi namanya. Tradisi adat masyarakat Tanah Datar, Sumatra Barat. Tradisi ini telah dilaksanakan turun temurun sejak ratusan tahun lalu. Tujuannya, sebagai hiburan bagi masyarakat seusai masa panen. Pacu Jawi dilaksanakan secara bergantian di 4 kecamatan, yaitu Rambatan, Sungai Tarab, Pariangan, dan Lima Kaum. Nah, kali ini Kecamatan Sungai Tarab jadi tuan rumah. Dan arenanya adalah sawah milik Si Ayang –salah seorang penduduk disana-. Si Ayang sendiri sudah mati, sekarang anak-anaknya yang mengurusi sawah itu. Sawah yang sudah dari dulu jadi tempat bapacu.
Pacu Jawi kali ini mengambil bulan Agustus sebagai waktu pelaksanaannya. Mulai Sabtu, tanggal 9, lalu tanggal 16, 23, dan ditutup tanggal 30 Agustus kemarin. Salah seekor sapi bilang bahwa biasanya waktu pembukaan dan penutup lebih ramai dari pada Sabtu-Sabtu pertengahan bulan. “Pas pembukaan patang, urang rantau rami nan pulang,” ujarnya, Sabtu (23/8).

Narasumbernya narsis :D


Sebelum dipacu, jawi-jawi dari Sungai Tarab didandani dengan kain suntiang dan aksesoris lainnya. Begitulah aturannya, jawi dari nagari penyelenggara harus babaju. Jawi-jawi ini diarak warga menuju lokasi –sawah bagian tengah-. Dibelakangnya, para bundo kanduang juga memakai pakaian adat sembari memanggul dulang yang berisi makanan khas daerah tersebut di kepalanya.

Koboinya pake sarung

Sesampai di lokasi, bundo kanduang langsung menuju tenda. Didalamnya terdengar alunan nada talempong yang dimainkan niniak mamak (tetua adat). Bundo kanduang kemudian menaruh dulang diatas lapiak (tikar). Sesaat kemudian, musik dihentikan. Salah seorang niniak mamak berdiri, ia mulai berbicara. Kudato Tagak orang menyebutnya.
Kudato Tagak adalah salah satu prosesi adat yang dilakukan dalam acara pacu jawi ini. Niniak mamak dari suku-suku di 4 kecamatan saling berbalas pidato adat. Tentu saja pidato disampaikan dalam bahasa daerah. Dan uniknya pidato tersebut dinyanyikan. Selesai itu, baru jawi dipacu.

Serius amit mukulnya pak, seyeeeem.


Sekitar 150 pasang jawi dipacu dalam kegiatan ini. Jawi tersebut dipasangkan semacam alat bajak yang terbuat dari kayu dan bambu. Bentuknya hampir elips. Bulatannya dari 2 bilah bambu yang sama panjang. Bambu tersebut dibuat melengkung dan diikat ujungnya. Ujung yang lain diikatkan pada sebuah kayu berbentuk seperti huruf “Y”. Nah, kayu itulah yang nantinya dikaitkan pada leher jawi.

Ada yang merah, ada yang kuning, yang hijau di langit yang biru

Yang polos juga ada.


Masing-masing jawi harus memakai alat bajak tersebut. Bagian ujung diberi kayu kecil yang melintang sedikit diatas bagian yang diikat, gunanya sebagai pijakan bagi joki. Saat memacu jawi, joki memegang ekor jawi sebagai ganti tali kekang.
Jawi-jawi yang sudah masuk arena ditahan dulu oleh 3-7 orang. Gunanya supaya tidak “lari-lari” saat dipasangkan alat bajak tadi. Selesai pemasangan, joki menaiki pijakan tadi dan memegang ekor jawi tersebut. Jika dirasa sudah yakin untuk berpacu, orang-orang yang menahan jawi tadi secara serentak melepas pegangannya. “Hap… yo..,” teriak mereka secara bersamaan. Dan sorak sorai penonton mengiringi laju jawi tadi.

Jawinya nakal... *cubit idung jawi


Uniknya, jawi bukan diadu cepat larinya. Jawi yang berlari hanya satu-satu pasang. Setelah satu pasang sampai di garis akhir, gantian pasangan lainnya yang akan melaju. Jadi tidak diadu siapa yang paling cepat sampai di garis akhir.

The best moment had been captured.


Dalam tradisi ini tidak ada istilah juri atau tim penilai. Jadi tidak ada juara 1, 2, dan seterusnya. Pacu jawi hanya menyuguhkan jawi berlari. Penilaian berdasarkan presepsi masyarakat sendiri dan bisa berbeda antara satu dan yang lainnya. Jawi yang berlari lurus dan tidak terpisah dari pasangannya hingga ke finish dianggap jawi yang kuat dan sehat. Jawi yang seperti ini biasanya ditawar oleh sesama peserta pacu, harganya bisa 2-3 kali lipat harga jawi biasanya.

Seperti yang dialami Mandek, salah seorang peserta. Ia mengaku bahwa jawi kecil yang dulu dibeli dengan harga 6 juta rupiah pernah ditawar 25 juta. “Dia (jawi) larinya rancak, 30 juta pun tidak mau saya lepas,” akunya, Sabtu (23/8).

Tak jarang, saat berlari jawi keluar lintasan pacu. Ada yang berlari berlawanan arah dari pasangannya. Ada yang lari lebih dulu, meninggalkan pasangannya. Bahkan ada yang lari ke atas, ke tempat penonton. Dan tentu saja joki yang jadi “korban”, tercebur ke dalam lumpur sawah.

Kabuuuur!!!


Berani Kotor itu Bagus... *tiiiiiit

Joki sendiri tidak harus pemilik jawi. Contohnya Mandek, ia suruh menantunya jadi joki.

Itu Bule, Bukan Mantu Mandek.


------------------------
Yah, gitu deh ceritanye..
Kapan-kapan ane jalan-jalan lagi, trus nulis kisah lagi, trus kopiin di sini, trus dibace.
Semoga seneng ya...



2 komentar:

ditunggu komentar, kritik, dan saran yang sopannya :)