05/10/14

Kisah Daging Sapi

Malam guys..
Ini gue cerita foto again nih.
Jadi cerita nye, gue sama dua saudara wanita bersahaja dan satu cowok pekerja keras mendekam di kampus.
Soalnya, gak pulang kampung pas Hari Raya Idul Adha tahun ini.
(Gue mesti selesai-in laporan magang)
---------------

Gue

Wak I

Suci
(biasanya dia gak mau nampilin poto)

Rival


Kebetulan Sudi, eh, Suci ditawari kupon sama eyang kos-nya.
Kupon jemput daging......




Jadi ceritanye gini,
Awalnya -pagi hari- perut gue masih tenang, soalnya tadi malem udah makan protein (baca: tahu goreng beberapa biji), jadi masih bisa tahan sampai siang. Gue kebiasaan gak makan pagi kok :), biasanya cuma makan siang dan malam. Dan kebugaran gue cukuplah buat lewatin 2 hari tanpa makan -Walau ujung-ujungnya tetap bales dendam makan banyak-.
----------------------

Siang ini gue bingung mau makan apa.
Soalnya kedai nasi tempat beli lauk pada tutup.
Soalnya pada siap-siap pergi solat Id.
Soalnya daging sapi kan lagi lebaran aji.
Soalnya.... *plak, banyak banget soalnya..

Dan kemudian berita bagus sampai ke hp legendaris gue (yang kerjaannye hidup mati mulu) .
--------------------
"Kakak, abang, adik, keluargaku tercinta. Jikalau berada di Padang nanti ke Ganto ya. Kita buat dendeng, berhubung ada rezeki."


----------------------


Gue dengan perasaan yang bahkan tak mampu diucapkan angin pada ombak,
(apaan sih lu, gaje -_-')
Bersorak dalem hati, gue mimpi apa sampai dijanjiin dendeng... T,T
(gak ada yang janji woy.... -_-')



Akhirnya, gue dengan semangat kelaparan mulai angkat kaki kanan, trus mindahinnya ke sebelah, angkat kaki kiri, trus dipindahin sejajar sama kaki kanan. Trus gue jalan, ngambil kunci, buka pintu, dan bilang dalam hati dengan semangat membara sambil natap langit-langit atap rumah, "Gue mesti bawa kompor."

Perjalanan bawa kompor ini gak mudah guys, 
gue mesti lewatin kumpulan sapi, segerombolan hewan besi dengan kaki karet, serta sarang laba-laba. Kadang gue juga harus menjaga ati karena segerombolan bidadari ikut mengalihkan pandangan.

Sempat tergoda juga sih liat daging hidup itu, tapi seketika bayangan dendeng berkelebat di pikiran gue, "Demi dendeng gue harus jaga mata," ucap gue dalam ati.

Akhirnya lagi, setelah melalui perjalanan dan perjuangan berat, gue nyampe di "rumah". Lampunya idup


-------------------
Sayangnya rumah kosong, penghuninya lagi gentayangan.
Perlahan tapi pasti, gue taruh kompor di depan pintu. Ngucapin salam dan ngetok pintu rumah.

 "Krieeeet," pintu berbunyi saat terbuka.
Hawa mistis mulai terasa.
Asap putih keluar perlahan.
Dan burung hantu berkotek menambah keangkeran rumah ini.
Konon katanya di rumah ini ada Nenek (perihal nenek kita bahas lain kali)


Sesosok binatang bertaring menyambut gue.
Gue kaget.
Gak bisa gerak.
Berhenti berpikir dan membisu.

--------------------------------------------------------
"Meooongg". Ia mengeong, spontan gue kaget, dan gue pun berlari menghindari kenyataan.
"Kenapa ada dia disini?" tanya gue dalam hati.
"Pasti mau minta pertanggungjawaban," terka gue dalam hati.
"Padahal gue udah janji gak bakal ngasih tahu dia lari kemana." pikir gue.
"Meong, meeong, meooong, meeong, meooong, meeeong, meong, meong, meong," ia kembali mengeong, memanggil gue dan bilang jangan takut. (artinya: "Tunggu, Doni kembali, jangan menghindar lagi, aku gak bakal nanya lagi, aku ikhlas dia pergi sama wanita lain ninggalin aku dengan bayi, tapi kamu juga jangan ninggalin aku,")

Gue terhenti di langkah ke-999, berpikir, dan membisu. Gue gak berani natap wajah Surti. Gue malu karena nyembuiin keberadaan suaminya yang kabur sama kucing lain.
"Meoong meong mong (aku ikhlas kok)," ucapnya dibelakangku. Aku terpaku, membalikkan badan, dan menatap wajahnya. "Kamu kucing baik Surti," ucapku.
Kami berpelukan dan hidup bahagia selamanya...
 ------------------------------

*Teeeeet, "cut, cut, apaan-apaan ini?Kenapa malah sampai ceritain Surti? -_-
**catatan: Kisah Surti, Dia (Kucing Jantan), dan Gue hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama dan jabatan itu hanya kebetulan boook. #ngedip


Kembali ke cerita, gue balik ke rumah. Nyiapin kompor, narik-narik sumbu, sama ngaduk-ngaduk minyak. Gue nunggu dua wanita bersahaja itu kembali dari bersihin daging.
Selang -air- beberapa waktu mereka kembali. Mereka membawa segerombolan daging segar yang siap untuk dimasak.

"Dagingnya direbus dulu," ucap Wak I.
"Ok kak," tukas Sudi.

Mereka rebus dagingnya.
Wak I nyiapin bahan, Suci manasin kompor.
Dan gue nikmatin biskuit.

catatan (lagi): Berhubung gue capek nulis lagi, gue posting foto aja dah.
cekidot.


Ini nih kokinya...

Kentangnya jangan dikuliti buk, ntar dia kesakitan


Nih, nyiapin daging ama kaldunya

Nyiapin daging buat dipukulin T,T
*kasihan banget dagingnya

Bagi tugas nih, yang atu mandangin kompor, atu lagi mandangin bawang
dan Gue mandangin keduanya
*kabuuur

Dagingnya mulai digoreng.
*calon dendeng

Pemukulan dendeng.
*Hak Azazi Dendengnya dipertanyakan

Dendengnya ditemenin kentang

Teamworknya keren.
Yang satu ngaduk daging, satunya lagi ngaduk kuali.
*Dan gue ngaduk perasaan

Sempatin ketawa, sampai kamera berguncang

Karya pertama yang selesai.
Dendeng balado campur kentang

Karya kedua, sup daging sapi pake ditemani wortel dan kentang

Masih sup sapi, cuman pake sohun.
*wah, cincinnya bagus

Karya akhir siap disantap

Narsis dulu sebelum makan

Siapa cepat, dia kenyang.
*lezat banget.

Nambah Rival (saingan) lagi nih,
*mana nampan sup dipegangin lagi.

Gak boleh ambil bagian gue.. :P

Gue: eh. daging gue mana?
Rival: hehehe... gue sembunyiin di mulut *dalam hati

Gue: Serius banget makannya val?
Rival: Gue lapar cui...


Yah, gitu deh acara makannya.
Semua berakhir bahagia dengan habisnya makanan di pagi hari.

Kapan-kapan gue ceritain lagi pengalaman hidup di "rumah" ini.
Ada yang senang, bahagia, dan menakjubkan.
Kadang juga sedih-sedihan dan melow melankolis gitu.

Tapi semua itu karena kita .... (isi sendiri)

2 komentar:

ditunggu komentar, kritik, dan saran yang sopannya :)